ditempat pemberhentianku terakhir
sebuah pelabuhan ternyaman dari semua peristiwa yang kualami.
saat hujan ini membasuhnya secara perlahan, dan anginnya mulai tergesa gesa masuk melalu ventilasi yang rumit.
dari kejauhan itu aku melihatnya jelas.
dimalam ini, cerminan yang berisikan bukti kecintaan dirinya terhadap keluarga,
termasuk aku yang berdiri kaku saat melihat kegigihannya.
berpaling aku memasuki sisi yang gelap,
aku malu.
saat bermain kujadikan prioritas dibalik lelahnya dia.
sang perkasa yang ku abaikan dalam jangka waktu yang lama.
saat saat remajaku yang ku jadikan alasan tuk mengabaikan waktuku bersamanya.
dititik yang konstan ini, aku termangu,
butiran demi butiran itu pun turun perlahan,
ya aku menangis.
angin diluar berhembus tak tahu malu,
dibalik pintu aku sekedar mengintip,
ya. ayahku masih sibuk dalam pekerjaannya.
23.30
aku ingin menangis dalam pelukannya.
ingin rasanya kudekati dan memberinya sehelai kain,
untuk sekedar mengahangatkannya
atau membawakannya teh hangat.
namun.
semua itu sungguh sulit kulakukan.
AAAARRRRGGKKKHHH.
maaf ayah.:(
aku bukan anakmu yang baik.
tapi aku berusaha tuk menjadi yang baik untukmu.
kata hati yang tak mampu kuucap padanya malam ini :
ayahku sayaang,
sudah terlalu malam,
diluar dingin. istirahatlah.
rasanya sudah cukup seharian kau bekerja.